Pascasarjana IAIN Madura Gelar Studium General Bersama Prof. Akhsanul In’am, Ph.D.
- Diposting Oleh Admin Web Pascasarjana
- Kamis, 20 Februari 2020
- Dilihat 153 Kali
Pamekasan, 13/02/2020. Pascasarjana IAIN Madura gelar Studium General sebagai ritual awal sebelum memulai perkuliahan pada Senin, 17/02/2020 mendatang. Studium General dengan tema “Integrasi Keilmuan dalam Meneguhkan Profil Lulusan yang Religius dan Kompetitif” ini mendatangkan Prof. Akhsanul In’am, Ph.D. sebagai narasumber tunggal pada acara tersebut. Acara yang terselenggara di gedung Auditorium Mini Fakultas Tarbiyah ini turut mengundang mahasiswa Pascasarjana IAIN Madura sebagai pesertanya, mulai dari mahasiswa baru, mahasiswa semester 2, semester 3 dan juga mahasiswa dari Program Madin (Madrasah Diniyah).
Studium general ini dipandu oleh Kutsiyyah, M.Pd.I sebagai pembawa acara, pembukaan berjalan dengan khidmat sebagaimana yang diharapkan. Direktur Pascasarjana IAIN Madura, Dr. H. Zainuddin Syarif, M.Ag. memberikan sambutan dengan menyinggung soal keberadaan mahasiswanya yang mau atau tidak sedang ada pada fase revolusi industri 4.0, era digital yang akan menuntut mahasiswa menjadi lulusan yang tidak hanya mampu bersaing berdasar keilmuan, melainkan juga berdasar kemampuan. Oleh karenanya dalam meneguhkan profil lulusannya kali ini Dr. H. Zainuddin Syarif, M.Ag. berharap dapat mengadopsi beberapa sistem pembelajaran yang Prof. Akhsanul In’am, Ph.D. terapkan kepada mahasiswanya di Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Malang.
Selanjutnya kegiatan ini dipandu oleh Fadlan, M.A. selaku moderator. Sebagai pengantar, Fadlan M.A. tertarik dengan konsep al-Ghazali tentang orang yang berilmu tapi dirinya tidak tahu bahwa dirinya berilmu. Karenanya untuk mengupas lebih lanjut mengenai hal tersebut di era sekarang ini, beliau langsung mempersilakan Prof. In’am (sapaan akrabnya) untuk memulai materi.
Pada awal kuliahnya, Prof. In’am meyampaikan bahwa Allah menempatkan hambanya berdasar dua hal, yakni kadar iman dan kadar ilmu. Sebagaimana QS. Al-Mujadalah:11 yang menyatakan, “niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” Maka dalam bahasa Prof. In’am, “kita berada dimana?” Artinya status iman dan ilmu mahasiswa ini bagaimana? Sudah berbanding lurus atau justru berbanding terbalik? Menindaklanjuti hal tersebut, dalam kaitannya dengan meneguhkan profil lulusan di era revolusi industri ini, Prof. In’am membagikan sedikit saran supaya bisa menjadikan “pendapat” sebagai “pendapatan”, misalnya dengan membuka online parenting, online course, pembelajaran face to face learning, online education, dan lain sebagainya. Bahkan untuk mempercepat mahasiswa lulusannya, Prof. In’am kembali berbagi tips tentang sistem perkuliahan di Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Malang, bahwa di sana proposal menjadi mata kuliah tersendiri, sehingga pada akhir semester 3 mahasiswa sudah dapat menyelesaikan tesisnya.
Sampai pada akhir materi, Prof. In’am memaparkan tentang strategi memenangkan masa depan, yakni: sistem organisasi yang inovatif, rekonstruksi kebijakan adaptif dan responsif, serta sumber daya manusia harus responsif, adaptif dan handal. Setelah itu dilanjutkan dengan dialog bersama mahasiswa. Sampai akhirnya dapat disimpulkan, untuk menghadapi era revolusi industri 4.0, maka baiknya pahami posisi kita, apakah termasuk orang yang berilmu atau tidak serta lakukan penafsiran yang transformatif.